MAKALAH
“LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM”
MAKALAH INI DISUSUN SEBAGAI TUGAS
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
DOSEN PENGAMPU: MARLINA, M.Pd.I
DISUSUN OLEH : MITA NURHABIBAH
NIM :
14723023
PROGRAM STUDI :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER :
V (LIMA)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NURUL HUDA TANAH
MERAH KAMPUS C
2016 M/1438 H
KATA
PENGANTAR
بسم الله الرحمن الحيم
Alhamdulillah puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah–Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Landasan Pengembangan Kurikulum PAI ini.
Dalam
penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, saya
telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan
harapan, walaupun di dalam pembuatannya saya menghadapi kesulitan,
karena keterbasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya
miliki.
Ucapan terima kasih dan rasa penghargaan saya berikan kepada semua pihak
yang telah membantu serta membimbing sehingga tersusunnya makalah ini,
khususnya:
1.
Ibu Marlina, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pengembangan Kurikulum PAI.
2.
Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
dorongan kepada saya.
Saya menyadari
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dalam menyusun makalah
ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun saya harapkan, agar dikemudian
hari saya dapat menyusun dengan lebih baik, dan saya minta maaf atas
kekurangan, walau demikian saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Aamiin.
Tanah Merah, Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Kurikulum PAI............................................................................. 3
B. Pengertian Landasan
KurikulumPAI.......................................................... 4
C. Landasan Pengembangan
Kurikulum PAI.................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai
sebuah rancangan pendidikan mempunnyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum
didalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh
dan kuat.
Landasan
pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum atau
kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para
pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta
pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan,
sebagai bahan untuk dijadikan instrument dalam melakukan pembinaan terhadap
implementasi kurikulum disetiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan
kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan
yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses
penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran
pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
Oleh karena itu
kurikulum dalam pendidikan perlu mempunyai perhatian yang besar baik bagi
pemerintah sebagai penanggung jawab umum atau pihak sekolah yang turun langsung
mengimplementasikan kurikulum tersebut ke peserta didik, dengan berlandaskan
pada teologis, filosofis, psikologis, sosiologis dan sosio-budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta bersifat dinamis agar tujuan pendidikan bisa
tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa Hakekat Kurikulum PAI?
2.
Apa Pengertian Landasan Kurikulum PAI?
3.
Apa Landasan Pengembangan Kurikulum PAI?
C. Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Hakekat Kurikulum PAI.
2.
Untuk Mengetahui Pengertian Landasan Kurikulum
PAI.
3.
Untuk Mengetahui Landasan Pengembangan Kurikulum
PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Kurikulum PAI
Kurikulum bukan berasal
dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin yang kata dasarnya
adalah
currere, secara harfiah
berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada batas start dan batas
finish. Namun dalam kesehariannya banyak yang mengartikan bahwa kurikulum
adalah rencana pendidikan, mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, dan yang
populernya yaitu
“the of a school is all
experiences that pupils have under the guadience of the school” yaitu
segala pengalaman anak di sekolah di bawah bimbingan sekolah. Definisi yang
mirip seperti itu diberikan antara lain oleh Harold Alberty, John Kerr dan
lain-lain.
Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
dalam mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum
merupakan program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program yang
direncanakan, diprogramkan dan dirancangkan yang berisi berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu lalu, sekarang maupun yang akan
datang. Berbagai bahan ajar tersebut direncanakan secara sistemik, artinya
direncanakan dengan memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan
secara harmonis. Berbagai bahan ajar yang di rancang tersebut harus sesuia
dengan norma-norma yang berlaku sekarang.
Jadi, kurikulum
ialah: suatu program pendidikan yang berisikan berbagi bahan ajar dan penglman
belajar yng diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas
dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
B. Pengertian Landasan Kurikulum PAI
Pengertian
landasan Menurut Hornby c. s. dalam
“The
anvance leaner’s dictionari of current English” mengemukakan definisi
landasan sebagai berikut :
“faoundation
…. that on which an idea or belief rest an underlying principle’s as the
foundations of religious belief the basis or starting point…”. Jadi menurut
Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi sandaran,
sesuatu prinsip yang mendasari sesuatu. Contohnya dalam agama Islam yang
menjadi landasan utama umat muslim dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT
adalah al-qur’an dan sunnah. Jadi, landasan kurikulum dapat diartikan sebagai
suatu gagasan atau prinsip yang bersumber dari kepercayaan dan menjadi sandaran
atau pijakan untuk pengembangan kurikulum yang dinamis.
Landasan
pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan, sehingga
apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung atau rumah yang
tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin
atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian
pula dengan halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat,
maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya
adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu sendiri.
Ada beberapa landasan
utama dalam pengembangan suatu kurikulum diantaranya Robert S. zais
mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : “Philosopy and
nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning theory”. Sedangkan S. Nasution berpendapat dalam
bukunya “ Pengembangan Kurikulum” yaitu asas filosofis yang pada hakikatnya
menentukan tujuan umum pendidikan, asas sosiologis yang memberikan dasar untuk
menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, asas organisatoris
yang memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun,
bagaimana luas dan urutannya dan asas
psikologis yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak
dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat
dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangnnya.
Landasan itu sama
dengan dasar-dasar. Seringkali istilah pembinaan dan pengembangan dalam
pemakaiannya menyatu dan kabur. Pembinaan menunjukkan pengertian bahwa suatu
upaya atau kegiatan mempertahankan, penyempurnaan dan perbaikan yang telah ada
dianggap baik berdasarkan suatu ukuran/kriteria tertentu mencapai sasaran yang
diharapkan. Sedangkan Pengembangan di sini menunjukkan pada kegiatan yang
menghasilkan alat, sistem atau cara baru melalui langkah-langkah penyusunan,
pelaksanaan dan penyempurnaan atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan
pengembangan tersebut.
Dengan demikian
landasan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu
asumsi, atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum.
C. Landasan Pengembangan Kurikulum PAI
Landasan
Pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah, pada hakikatnya adalah
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para pengembang
kurikulum ketika hendak mengembangkan atau merencanakan suatu kurikulum lembaga pendidikan.
Landasan-landasan tersebut antara lain :
1. Landasan Teologis (Agama)
Dasar teologis
adalah dasar yang ditetapkan nialai-nilai ilahi yang terdapat pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang merupakan nilai yang kebenarannya mutlak dan universal.
Prinsip dalam
pendidikan Islam tentang penyusunan kurikulum menghendaki keterkaitannya dengan
sumber pokok agama yaitu al-Qur’an dan Hadis. Prinsip yang ditetapkan Allah
SWT. dan diperintahkan Rasulullah Saw. berikut ini dapat dijadikan pegangan
dasar kurikulum tersebut:
a.
“Carilah segala apa yang telah dikaruniakan
Allah kepadamu mengenai kehidupan di akhirat dan janganlah kamu melupakan nasib
hidupmu di dunia dan berbuatlah kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu”. (Q.S. Al-Qisas : 77)
b.
Sabda Rasulullah : Barangsiapa yang menginginkan
dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmunya dan barang siapa menghendaki akhirat
(kebahagiaan hidup di akhirat) hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barangsiapa
menghendaki keduanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu keduanya. (Hadist Nabi).
Dari dasar-dasar
kurikulum tersebut diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan formal yang
terdapat pada kurikulum pendidikan agama Islam. Merujuk kurikulum pendidikan
formal yang terdapat di sekolah dan madrasah di Indonesia, maka batasan atau
konsep kurikulum mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional.
Dasar kurikulum
secara umum dapat ditarik secara khusus ke dalam kurikulum Pendidikan Agama
Islam yang tentunya al-Qur’an sebagai dasar pokoknya.
Dalam mengembangkan
kurikulum sebaiknya berlandaskan pada Pancasila terutama sila ke satu
“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Di Indonesia menyatakan bahwa kepercayaan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing individu. Dalam kehidupan, dikembangkan sikap saling menghormati
dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan
yang berbeda-beda, sehingga dapat terbina kehidupan yang rukun dan damai.
2. Landasan Filosofis
Landasan adalah
salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan sesuatu, atau sering
disebut dengan dasar-dasar. Sedangkan filosofi secara harfiah berarti “cinta
akan kebijakan” (love of wisdom). Secara
akademik, filsafat berarti upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu
pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan
manusia di dalamnya. Suatu cabang ilmu pengetahuan mengkaji satu bidang
pengetahuan manusia, daerah cakupannya terbatas. Filsafat mencakup keseluruhan
pengetahuan manusia, berusaha melihat segala yang ada sebagai suatu kesatuan
yang menyuruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia didalamnya.
Dasar filosofis
dalam pendidikan Islam harus berdasarkan pada wahyu Tuhan dan tuntunan Nabi Saw
serta warisan para ulama. Filsafat pendidikan menurut Islam, yakni filsafat
pendidikan yang dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam atau yang di pahami
dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam
sumber dasarnya yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Perumusan tujuan
kurikulum sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum
yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat klasik (perenialisme,
essensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya maka tujuan kurikulum
lebih banyak di arahkan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung
menekankan pada upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif. Apabila
kurkulum yang diembangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan
utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan
aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek afektif.
Pengembangan
kurikulum dengan menggunakan filsafat rekontruktivisme sebagai dasar utamanya,
maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial
yang krisial dan kemampuan bekerjasama. Sementara kurikulum yang dikembangkan
dengan menggunakan dasar filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan
teknologis, maka tujuan pendidikan lebih di arahkan pada pencapaian kompetensi.
3. Landasan Psikologis
Dalam proses
pendidikan terjadi interaksi antar-individu manusia, yaitu antara peserta didik
dengan pendidik dan juga antara peserta didik dengan orang-orang yang lainnya.
Manusia berbeda dengan makhluk lainnya, karena kondisi psikologisnya. Manusia
berbeda dengan benda atau tanaman, karena benda atau tanaman tidak mempunyai
aspek psikologis. Manusia juga lain dari binatang, karena kondisi psikologisnya
jauh lebih tinggi tarafnya dan lebih kompleks dibandingkan dengan binatang.
Berkat kemampuan-kemampuan psikologis yang lebih tinggi dan kompleks inilah
sesungguhnya manusia lebih maju, lebih banyak memiliki kecakapan, pengetahuan,
dan keterampilan dibandingkan dengan binatang.
Kondisi psikologis
setiap individu berbeda, karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang
social-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari
kelahirannya. Kondisi ini pun berbeda pula bergantung pada konteks, peranan,
dan status individu diantara individu-individu yang lainnya. Interaksi yang
tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis para
peserta didik maupun kondisi pendidiknya.
Jadi, sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata bahwa minimal terdapat
dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi
perkembangan dan (2) psikologi belajar. Keduanya sangat diperlukan, baik di
dalam merumuskan tujuan, memilih dan
menyusun bahan ajar, memilih dan menerapkan
metode pembelajaran serta teknik-teknik penilaian.
Psikologi
perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu
berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang
hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan,
tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar
merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari
pengembangan kurikulum.
4. Landasan Sosial-Budaya
Sosiologi adalah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Didalam kehidupan sehari-hari anak selalu bergaul dengan lingkungan
atau dunia sekitar. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia.
Pada dasarnya dunia sekitar manusia dapat digolongkan menjadi tiga bagian besar
yaitu:
a.
Dunia alam kodrat.
b.
Sekitar benda-benda buatan manusia.
c.
Dunia sekitar masyarakat.
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah
asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam
pengembangan kurikulum. Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi
insani menuju manusia yang berbudaya. Pendidikan merupakan proses sosialisasi
dan pewarisan budaya dari generasi ke generasi selanjutnya dalam upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik sebagai individu, kelompok
masyarakat, maupun dalam konteks yang lebih luas yaitu budaya bangsa. Oleh
karena itu anak didik dihadapkan pada budaya, dibina dan dikembangkan sesuai
dengan nilai budayanya.
Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina
dan mengembangkan daya cipta, karsa, dan rasa manusia menuju ke peradaban
manusia yang lebih luas dan tinggi, yaitu manusia yang berbudaya. Semakin
meningkatnya perkembangan sosial budaya manusia, akan menjadikan tuntutan hidup
manusia semakin tinggi pula, untuk itu diperlukan kesiapan lembaga pendidikan
dalam menjawab segala tantangan yang diakibatkan perkembangan kebudayaan
tersebut. Oleh karena itu, sebagai antisipasinya lembaga pendidikan harus
menyiapkan anak didik untuk hidup secara wajar sesuai dengan perkembangan
sosial budaya masyarakatnya, untuk itu diperlukan inovasi-inovasi pendidikan terutama
menyangkut kurikulum.
Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi
masyarakat saat ini, dan bahkan harus dipersiapkan untuk mengantisipasi
kondisi-kondisi yang bakal terjadi, dan hal ini juga menjadi tugas dari seorang
guru untuk dapat membina dan melaksanakan kurikulum, agar apa yang diberikan
kepada anak didiknya berguna dan relevan dengan kehidupan dalam masyarakat.
Mendidik anak dengan baik hanya mungkin dilakukan jika
kita memahami masyarakat tempat ia hidup, karena itu setiap pembina kurikulum
harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan, dan aspirasi
masyarakat. Salah satu ciri masyarakat adalah perubahannya yang sangat cepat
seiring perkembangan ilmu pengetahuan. Perubahan-perubahan itu secara otomatis
memberikan tugas yang lebih luas dan berat kepada lembaga pendidikan, karena
anak yang saat ini memasuki sekolah dasar (SD) akan menghadapi dunia yang
sangat berbeda dengan masyarakat 15 atau 20 tahun kedepan saat anak tersebut
menyelesaikan studinya di universitas misalnya. Perubahan masyarakat
mengharuskan kurikulum untuk senantiasa ditinjau kembali. Kurikulum yang baik
pada suatu saat, bisa jadi sudah tidak lagi sesuai dalam keadaan yang sudah
berubah. Sebagai contoh, dalam kehidupan bermayarakat, anak harus dididik untuk
menghargai jasa orang lain, karena di zaman yang semakin maju manusia tidak
bisa hidup tanpa bantuan orang lain, begitu pula dalam kehidupan berbangsa,
setiap negara tidak bisa lepas dari ketergantungan dengan negara lain, untuk
itu anak harus dididik dalam hubungan manusia dengan dunia internasional.
Alasan lain mengapa kurikulum harus berlandaskan
sosial budaya adalah bahwa pengajaran akan mencapai hasil sebaik-baiknya bila
didasarkan atas interaksi murid dengan sekitarnya. Apa yang dipelajari anak
hendaknya hal-hal yang juga terdapat dalam masyarakat, karena itu berguna bagi
kehidupan anak sehari-hari. Kurikulum itu seharusnya merupakan sesuatu yang
hidup dan dinamis, mengikuti dan turut serta menentukan perkembangan masyarakat
di lingkungan sekolah. Dan karena keadaan masyarakat di tiap daerah itu
berbeda, maka hendaknya setiap sekolah di daerah diberi kebebasan pada batas
tertentu untuk menentukan kurikulum sendiri menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakatnya, dengan pertimbangan hal berikut:
a.
Keadaan fisis lingkungan (iklim, mata
pencaharian, luas daerah, topografi daerah, keadaan tanah dan kekayaan alam).
b.
Penduduk (jumlahnya, mata pencahariannya,
susunan penduduknya, dan latar belakang pendidikannya).
c.
Organisasi-organisasi masyarakat, manusia tidak
hidup sendiri, tetapi membentuk kelompok dan organisasi yang mempunyai tujuan
dan problem masing-masing.
Adapun cara menggunakan masyarakat dalam pelajaran adalah
dengan hal-hal berikut:
1.
Karyawisata. murid-murid dapat dibawa ke luar
kelas untuk mempeajari berbagai hal.
2.
Menggunakan orang sebagai sumber. dalam tiap
masyarakat betapapun kecilnya pasti terdapat orang-orang yang mempunyai
pengalaman, kecakapan atau pengetahuan yang khusus.
3.
Pengabdian masyarakat. murid diharapkan tidak
hanya memperhatikan dan mempelajari, tetapi juga turut serta dalam usaha-usaha
memperbaiki keadaan masyarakat.
4.
Pengalaman kerja dalam masyarakat.
Sedangkan tugas yang harus dihadapi oleh para pengembang
kurikulum adalah:
a.
Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat
seperti dirumuskan dalam undang-undang, peraturan, keputusn pemerintah, dan
sebagainya.
b.
Menganalisis masyarakat tempat sekolah berada.
c.
Menganalisis syarat dan tuntutan terhadap tenaga
kerja.
d.
Menginterpretasi kebutuhan individu dalam rangka
kepentingan masyarakat.
Pada ahirnya keputusan yang akan diambil tentang
kurikulum akan bergantung pada bagaimana para pengembang kurikulum memandang
dunia tempat ia hidup, bereaksi terhadap berbagai kebutuhan yang dikemukakan
oleh berbagai golongan masyarakat, dan juga oleh falsafah hidup dan
pendidikannya.
5. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah produk dari kebudayaan. Kebudayaan manusia yang terkait
dengan ilmu dan teknologi pada saat ini telah mencapai tingkatan yang sangat
tinggi.
Kemajuan cepat
dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah
berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan
politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan
cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu,
dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan
melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan
meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar
(learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta
mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidak pastian.
Perkembangan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam bidang
transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia.
Perkembangan
IPTEK, baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut perkembangan
pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah memberikan isi atau materi atau bahan yang akan disampaikan dalam
pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknolgi menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat
menimbulkan problem baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan. Oleh karena itu,
kurikulum seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan
sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.
Seiring dengan
perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru
dalam berbagai bidang kehidupan manusia
seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan
menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Perkembangan
teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri
dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang
secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus
menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.
Kegiatan
pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri
seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan
alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan,
apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih,
menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para
guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan
merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat
yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan
kurikulum yang didalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan system evaluasi.
Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta
didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan Kurikulum
dapat diartikan sebagai suatu gagasan, landasan, suatu asumsi, atau prinsip
yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Ada empat landasan pokok yang harus dijadikan
dasar dalam setiap pengembangan kurikulum, yaitu:
Landasan Teologis,
adalah dasar yang ditetapkan nialai-nilai ilahi yang terdapat pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang merupakan nilai yang kebenarannya mutlak dan universal.
Landasan
Filosofis, yaitu asumsi–asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia,
hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum.
Landasan
Psikologis, adalah asumsi–asumsi yang bersumber dari psikologi yang dijadikan
titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. dua bidang psikologi yang mendasari
pengembangan kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan (Karakteristik perilaku
/ pola-pola perkembangan untuk menyesuaikan apa yang dididik dan bagaimana cara
mendidik), dan (2) psikologi belajar (Perkembangan belajar melalui proses
peniruan, pengingatan, latihan, pembiasaan, pemahaman, penerapan, pemecahan
masalah).
Landasan
sosiologis adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari sosiologi dan antropologi
yang dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Landasan ilmiah
dan teknologi, adalah asumsi – asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset
atau penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA